Bandara Banyuwangi atau bagi wisatawan asing adalah Banyuwangi International Airport yang ada di desa Blimbingsari, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Bandara yang mempunyai landas pacu hingga 2250 meter tersebut sudah beroperasi sejak tahun 2019 Desember 2010.
Sebagai bandara hijau pertama di nusantara, bandar udara tersebut diinisiasi oleh Bupati Purnomo Sidik. Sempat tertunda proses pembangunannya, bandar udara tersebut kemudian dilanjutkan pada masa kepemimpinan Bupati Samsul Hadi. Mempertimbangkan lahan yang ada di kecamatan Glenmore tidak layak karena topografi gunung, muncullah keputusan menteri nomor 49 tahun 2003 untuk pembangunan bandara pada Desa Blimbingsari yang saat itu masih masuk dalam Kecamatan Rogojampi.
Pada tahun 2009, Bandara yang awalnya disebut sebagai Bandara Blimbingsari ini mulai digunakan Bali International Flight Academy dalam hal pelatihan lepas landas untuk para calon pilot. Pada tanggal 29 Desember 2010, maskapai Sky Aviation mulai beberapa hari sebelumnya. Penerbangan tersebut sekaligus menjadi peresmian bagi Bandara Blimbingsari atau bandara Banyuwangi sebagai salah satu bandara komersil di Indonesia.
Pada tahun 2017, sesuai surat keputusan Menteri Perhubungan, bandara tersebut berubah nama menjadi Bandar Udara Banyuwangi. Sejak saat itu, bandara ini berada dibawah pengelolaan Angkasa Pura II.
Baca Juga: Jadwal Penerbangan Bandara Banyuwangi dan Pilihan Transportasi Umum Ke Banyuwangi
10 Fakta Unik Bandara Banyuwangi
Untuk mewujudkan keberadaan bandara yang awalnya bernama Bandara Blimbingsari ini membutuhkan proses yang sangat panjang. Bandara tersebut mempunyai beberapa keunikan yang membuatnya tampak berbeda jika dibandingkan dengan bandara lainnya di Indonesia.
Bandara Banyuwangi mengusung konsep green airport atau bandara hijau sebagai satu-satunya bandara di Indonesia dengan konsep tersebut. Walaupun menggunakan dana APBD dengan anggaran yang relatif kecil, arsitektur pada bandara tersebut mengadopsi kekayaan lokal dari masyarakat Banyuwangi.
Itulah mengapa bandara ini tidak hanya berfungsi untuk akses ke Banyuwangi, tetapi juga sebagai landmark yang menarik para pengunjung. Nah jika kamu penasaran seperti apa keunikan dari bandara Banyuwangi yang berada di kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, berikut adalah informasi yang wajib kamu simak:
1. Alasan pembangunan Bandar Udara Banyuwangi
Berada pada bagian ujung timur pulau Jawa, Kabupaten Banyuwangi hanyalah sebagai tempat singgah atau penghubung antara Jawa-Bali. Banyuwangi hanya dikenal sebagai tempat transit sebelum meneruskan perjalanan tujuan Jawa-Bali.
Kabupaten Banyuwangi menawarkan akses jalan darat yang lancar dan mulus tetapi kendalanya adalah jarak cukup jauh. Misalnya, bagi para pengunjung dari Surabaya harus menempuh perjalanan hingga 300 KM sehingga membutuhkan perjalanan darat dengan waktu tempuh 7 sampai 8 jam. Sedangkan pengunjung dari provinsi lain harus berpikir panjang jika ingin mampir ke Banyuwangi.
Bahkan bagi masyarakat Banyuwangi sendiri apabila bekerja maupun mempunyai urusan di luar kota, mereka harus menempuh perjalanan yang sangat panjang. Contohnya ketika ingin mudik lebaran atau pulang kampung ketika liburan tiba.
Kebutuhan akses transportasi cepat dan mudah adalah prioritas utama bagi Kabupaten Banyuwangi supaya bisa lebih maju dan mampu mengejar ketertinggalan jika dibandingkan dengan kota lain yang sudah maju seperti kota Malang atau kota Jember.
Abdullah Azwar Anas selaku bupati Banyuwangi menyebutkan bahwa kebutuhan akses ke Banyuwangi akan memudahkan banyak hal seperti menjadi gerbang masuk para wisatawan, meningkatkan dunia usaha, memajukan kebutuhan pendidikan, dan mempermudah masyarakat yang ingin berkunjung ke Banyuwangi.
Sehingga tidak ada cara lain untuk memajukan Kabupaten Banyuwangi kecuali dengan menyediakan bandar udara. Dari sinilah, masyarakat bisa lebih sejahtera karena mempunyai akses termudah dan tercepat.
Berawal dari komitmen akselerasi pengembangan maupun kemajuan konektivitas bandara Banyuwangi tersebut, akhirnya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berhasil memperoleh bandara Awards pada tahun 2016 dari sebuah media yang mempunyai prioritas pada bidang kebandaraan.
2. Bandara Banyuwangi dulunya dikenal sebagai Bandara Blimbingsari
Fakta kedua, bandara tersebut sebelumnya dikenal sebagai Bandar Udara Blimbingsari. Hal ini karena lokasi bandara berada di desa Blimbingsari Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. Jika kamu dari kota Banyuwangi dan ingin menuju ke bandara tersebut maka harus menempuh perjalanan sejauh 17 km.
Pada saat itu juga, Desa Blimbingsari terus berkembang dan mengalami pemekaran sehingga statusnya menjadi Kecamatan Blimbingsari. Alasan dibalik pergantian nama bandara adalah supaya lebih melekat sesuai nama daerah. Penggunaan nama Banyuwangi pada Bandara tersebut akan membantu mempromosikan keberadaan bandar udara ini secara lebih mudah. Apalagi, nama Banyuwangi sudah sangat familiar bagi masyarakat luar. Sedangkan tujuan pembangunan bandara Banyuwangi juga untuk terus dikembangkan sebagai bandara internasional.
Walaupun terdapat pergantian nama dalam sejarah pembangunannya, bandar udara ini tidak menghilangkan nama desa Blimbingsari. Sampai saat ini, masyarakat masih menyebutnya sebagai bandara Banyuwangi yang ada di desa Blimbingsari.
3. Bandara Banyuwangi mempunyai konsep green Airport pertama di Indonesia
Jika kamu melihat bandara di Indonesia, pada bagian terminal bandara tampak dipenuhi kaca, namun hal tersebut tidak kamu temukan di bandara Banyuwangi. Itulah mengapa Bandar Udara yang satu ini justru tampak anti-mainstream dan mempunyai keunikan tersendiri.
Bandara Banyuwangi dibangun dengan konsep tropis dan memiliki penghawaan alami. Tidak ada kaca, tetapi bangunan terminal bandara menggunakan banyak kayu. Bahkan, sebagian besar penggunaan kayu pada bandara tersebut merupakan kayu bekas.
Karena konsep pembangunan menggunakan penghawaan alami, hampir tidak menggunakan AC. Bandara tersebut juga mempunyai desain interior yang sangat minim sekat sehingga sinar matahari bebas masuk ke terminal bandara dan sirkulasi udara di sekitar bangunan ini sangat baik.
Bagian menarik berikutnya dari pembangunan bandara tersebut adalah hampir di setiap sudut terminal, dimana para pengunjung dapat melihat kolam ikan. Fungsi kolam tersebut adalah untuk memperbaiki tekanan udara dengan cara terdapat aliran air pada bagian kolam yang tampak mengelilingi berbagai ruang. Cara ini terbukti efektif untuk membantu suhu ruang bandara tetap sejuk.
Bagian berikutnya dari bandar udara ini adalah bagian pencahayaan ruang yang secara alami dengan memanfaatkan sinar matahari. Apalagi dalam desain interior bandara ini menggunakan permainan sekat ruang berbahan kayu ulin bekas dengan tekstur khas.
Bandar udara ini juga mempunyai tanaman hijau pada bagian ruangan supaya menambah kesan asri atau natural. Sedangkan pada bagian atap gedung terminal bandara, terdapat roof garden yaitu taman dengan tanaman rumput gajah mini. Tanaman hias Lee Kwan Yew juga dapat kamu lihat pada bagian ventilasi atap dan tampak menjuntai.
Tak berhenti sampai disitu, kamu juga akan dibuat terpukau dengan adanya banyak tanaman hijau. Pembangunan konsep bandara yang menggunakan arsitektur hijau sebagaimana iklim tropis di Indonesia.
Selain menggunakan bahan ramah lingkungan dan memanfaatkan sumber daya lokal, pembangunan bandar udara ini memiliki pengelolaan dan pemeliharaan yang efisien. Apalagi juga memanfaatkan adanya vegetasi supaya bisa mengurangi panas dan pengelolaan limbah untuk sumberdaya keberlanjutan.
4. Atap bandara Banyuwangi menggambarkan rumah suku Osing
Tidak hanya mempunyai konsep hijau, terminal bandara Banyuwangi juga mempunyai keunikan dalam arsitektur bangunannya. Kamu bisa melihat hal tersebut dari bagian atap terminal bandara karena mengadopsi budaya lokal Gambarkan khas masyarakat Osing sebagai suku asli Banyuwangi.
Bandara udara ini mempunyai dua atap dengan arah berlawanan sehingga merupakan tanda keberangkatan dan kedatangan. Bentuk budaya lokal lainnya yaitu adanya Kiling, sebuah kincir angin sebagai budaya lokal suku Osing yang terdapat pada bagian depan bandar udara.
Baca Juga: Tari Gandrung, Kesenian Lokal Khas Banyuwangi Yang Masih Lestari Hingga Kini
Pada lantai kedua, terdapat ruang anjungan yang langsung menuju ke landasan. Ruangan tersebut merupakan fasilitas sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya masyarakat yang sering mengantar kerabat ketika bepergian. Sehingga, para pengantar dapat melihat kerabat naik tangga pesawat seraya Melambaikan tangan.
Kearifan lokal budaya Nusantara tersebut merupakan bagian dari hal yang perlu dipertahankan. Tidak hanya itu, pada bagian lantai dua terminal bandar udara ini, para penumpang juga bisa melihat pemandangan persawahan hijau juga pemandangan aktivitas di bandara. Contohnya, ketika pesawat lepas landas dan bagaimana para petugas bandara bekerja.
5. Bandara Banyuwangi Mengusung Budaya Indonesia
Pembangunan bandar udara di Banyuwangi ini mendapatkan apresiasi dari berbagai macam pihak. Selain mampu mengusung konsep green airport atau bandara hijau, bahan-bahan pembangunannya juga ramah lingkungan sekaligus menjadi bandara pertama yang menerapkan Eco Terminal secara efisien dari segi pengelolaan dan pemeliharaannya di Indonesia.
Banyak wisatawan, arsitek, tokoh nasional, dan publik secara umum mengakui bagaimana konsep green Airport Bandar Udara Banyuwangi tersebut berhasil mencuri perhatian. Iwan Supriyanto selaku direktur Bina penataan bangunan Kementerian Pekerjaan Umum mengakui bahwa bandara tersebut merupakan desain arsitek profesional dengan konsep unik dan mampu mengangkat ciri khas lokal.
Karena keunikan tersebut, Kementerian Perhubungan Banyuwangi akhirnya memberikan apresiasi Bandara Blimbingsari Banyuwangi sebagai Indonesian Style Airport dan menjadi satu-satunya bandara dengan konsep tersebut sampai saat ini.
Ditambahkan juga oleh Yudhi Sari Sitompul selaku direktur Bandar Udara Kementerian Perhubungan bahwa bandara Banyuwangi merupakan contoh terbaik bagi daerah lainnya ketika ingin membangun bandara dengan cara adopsi kearifan lokal masing-masing daerah.
6. Andra Matin, arsitek bandara Banyuwangi
Jika kamu penasaran siapa arsitek yang berhasil mengundang decak kagum berbagai pihak yang melihat keindahan bandara Banyuwangi, maka jawabannya adalah Andra Matin. Sebagai seorang arsitek profesional, Andra telah berulang kali memperoleh kepercayaan dalam merancang berbagai bangunan khas di Banyuwangi.
Bahkan sebelumnya ialah sosok arsitek di belakang pembangunan masjid pendopo Banyuwangi. Andra dipilih sebagai arsitek untuk bandara Banyuwangi dengan tujuan untuk transfer pengetahuan bagi arsitek nasional ke lokal.
Dengan demikian diharapkan para arsitek lokal mampu mencontoh seperti apa merancang bangunan di wilayah banyuwangi mulai dari ruko, rumah makan dengan konsep arsitektur khas. Juga, bagaimana membuat bangunan sederhana tampak ikonik.
7. Pembangunan Bandara Blimbingsari Banyuwangi terjangkau yaitu 45M
Percaya atau tidak, pembangunan terminal bandara udara Banyuwangi hanya menelan biaya 45 M. Biaya tersebut terbilang terjangkau untuk pembangunan dengan hasil sangat baik bahkan dihitung 4 kali lebih murah jika kamu bandingkan dengan bandara lainnya.
Beberapa daerah yang mempunyai proyek pembangunan Terminal bandara bahkan bisa menelan biaya hingga ratusan miliar. Mengetahui informasi berapa biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan bandara ini membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko kemaritiman Luhut Panjaitan sontak terkejut.
Apalagi, biaya pembangunan tersebut sama sekali tidak mengambil anggaran negara. Berbeda dengan bandara lainnya yang menggunakan APBN, justru bandara ini menggunakan APBD dari Banyuwangi.
Keputusan menggunakan dana APBD untuk pembangunan bandara tersebut adalah supaya proses lebih cepat. Walaupun dana sangat kecil, tetapi bandara Banyuwangi mampu muncul dengan keunikannya sendiri. Apalagi kondisi bangunan bandar udara ini sangat terpelihara secara baik. Pemerintah daerah Banyuwangi bahkan memberikan anggaran biaya pemeliharaan secara khusus sebesar 100 juta per bulan. Proses pembangunan tersebut tidak berjalan langsung begitu saja tetapi secara bertahap.
Pada tahun 2005, pembangunan awal dimulai dari landasan pacu atau Runway bandara sekitar 900 m sedangkan lebarnya 23 m. Pada tahun 2007 dilakukan penambahan Landasan Pacu sehingga menjadi 1400 m. Tahun 2008, pemerintah daerah memutuskan melakukan pelebaran Runway sehingga mencapai 30 M.
Hal tersebut dilakukan secara terus-menerus, bertahap sampai pada akhirnya pada tahun 2018, Landasan Pacu Bandara Udara Banyuwangi sudah menjadi 2500 m dan lebarnya mencapai 45 m. Tebal landasan juga ditambah hingga PCN (Pavement Classification Number) 5. Berkat pembangunan ini, maka landasan dapat digunakan untuk pesawat Boeing.
Pemerintah daerah juga memperhatikan kapasitas Apron atau tempat parkir pesawat sehingga mampu mempunyai luas 41.000 M2 untuk 9 pesawat Boeing 737. Pembangunan Runway panjang dan lebar membantu meningkatkan minat maskapai supaya bisa terbang ke Banyuwangi.
8. Penumpang di Bandar Udara Banyuwangi meningkat hingga 1700%!
Setiap tahunnya, jumlah penumpang di bandara udara Banyuwangi terus meningkat secara signifikan. Pada tahun 2011, jumlah penumpang yang semula 7.836 orang kemudian meningkat menjadi 140.683 penumpang pada tahun 2017.
Dalam kurun waktu 8 tahun terjadi peningkatan penumpang di Bandar Udara tersebut hingga hampir 1700%!
Pada Oktober 2018, penumpang sudah mencapai 307.000 orang lebih. Inilah yang membuat banyak maskapai ingin masuk ke Banyuwangi. Padahal, keberlangsungan bandara Banyuwangi sempat diragukan karena belum adanya pasar penerbangan di area tersebut. Apalagi, tidak ada kebijakan subsidi APBD bagi maskapai di bandara udara ini.
Untuk menjawab hal tersebut, Bupati Azwar Anas mencoba menggunakan strategi dengan membentuk perekonomian lokal terlebih dahulu. Sehingga nantinya dapat meningkatkan permintaan penerbangan.
Demi menggalakkan perekonomian daerah, Pemkab Banyuwangi akhirnya melakukan inovasi dengan cara membuat berbagai macam program pada sektor pariwisata. Contohnya dengan mengadakan berbagai macam festival setiap tahun guna mempromosikan destinasi wisata. Hasilnya, perekonomian Kabupaten Banyuwangi mulai menggeliat.
Baca Juga: 11 Rekomendasi Hotel Berbintang di Banyuwangi, Bisa Jadi Pilihan Menginap Kamu
Dari tahun ke tahun, jumlah penumpang pesawat menuju ke Banyuwangi terus meningkat pasar lokal juga terus berkembang dan semakin banyak maskapai penerbangan masuk ke Banyuwangi. Hingga pada tahun 2017, Nam Air akhirnya membuka rute secara resmi Jakarta-Banyuwangi dan kemudian di susul Garuda Indonesia, Citilink, dan Batik Air.
9. Bandara udara dengan tingkat keselamatan paling top di Indonesia
Walaupun sampai saat ini, bandara udara Banyuwangi masih dalam tahap pengembangan tetapi sudah mempunyai sistem keselamatan paling baik se-indonesia. Informasi tersebut sesuai dengan penilaian audit safety and security bagi seluruh bandara di Indonesia.
Terdapat 185 unit penyelenggara Bandar Udara yang dikelola Kemenhub tahun 2016. Hasilnya, bandara udara Banyuwangi berhasil meraih skor tertinggi pada penilaian audit tersebut.
Pada saat penilaian, Bandara Banyuwangi masih menggunakan nama Bandara Blimbingsari dan berhasil memperoleh poin hingga 78. Nilai tersebut diperoleh dari hasil evaluasi 6 penilaian penting terkait berbagai aspek pengamanan bandara, kualifikasi petugas bandara, juga standar operasi prosedur yang telah dilaksanakan di bandara ini.
10. Banyuwangi mengangkat dan mempertahankan identitas lokal
Dari pelajaran tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mampu berkomitmen dalam melakukan penataan ruang wilayah untuk kebutuhan jangka panjang. Sebagai salah satu bangunan penting di Banyuwangi, pembangunan bandar udara tersebut diikuti dengan pembangunan hotel yang mampu mengangkat kekhasan lokal dalam arsitektur bangunan.
Cara melekatkan identitas budaya dalam arsitektur bangunan lokal akan menjadi identitas maupun daya tarik. Sehingga hal inilah yang membuat Banyuwangi tampak berbeda jika dibandingkan dengan daerah lain.
Baca Juga: Mau Wisata Ke Kawah Ijen? Kamu Wajib Baca Ini Dulu!
Arsitektur yang mengusung kekhasan lokal juga merupakan warisan budaya sehingga dapat dirasakan oleh generasi di masa depan. Dalam sebuah kesempatan, Bupati Anas menyatakan bahwa kekhasan lokal harus selalu menjadi tuan rumah di Banyuwangi dan masyarakat Banyuwangi harus bangga dengan apa yang telah mereka miliki.
Itulah mengapa bandara Banyuwangi berdiri diikuti dengan adanya larangan Izin Mendirikan Bangunan oleh Pemkab Banyuwangi pada radius 17 kilometer dalam kawasan bandara. Kebijakan ini dirasa penting untuk menjaga lanskap pada lahan pertanian sekitar bandara yang masih alami karena dominasi persawahan. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi ingin mempertahankan kehijauan karena terdapat 500 hektar sawah di sana.
Sekarang, dengan membaca seluruh informasi fakta menarik terkait Bandara Banyuwangi, kamu jadi tahu lebih banyak tentang bandara yang satu ini. Nah, supaya nggak penasaran, kamu bisa atur jadwal bepergian ke Banyuwangi dalam waktu dekat!
Baca Juga: Referensi Aktivitas Wisata Yang Bisa Kamu Lakukan di Banyuwangi